top of page

Sejarah

Semanggi Suroboyo

 

 

Kampung Semanggi

Nama Kampung Semanggi berasal dari tanaman semanggi yang tumbuh secara liar di daerah Benowo, Surabaya Barat. Sehingga masyarakat di daerah Benowo khususnya Desa Kedung, berpikiran untuk menanam semanggi dan dijadikan sebagai mata pencaharian mereka sehari-hari dengan cara mengolah tanaman semanggi menjadi sebuah makanan yang menjadi makanan khas Kota Surabaya yaitu Semanggi Surabaya. Hampir semua pedagang semanggi yang ada di Surabaya berasal dari tempat yang yang sama dan masih saling terikat hubungan saudara. 

 

Tidak semua penjual semanggi memproduksi sendiri barang dagangannya. Ada yang menjadi juragan semanggu yang menyuplai ke para pedagang, ada pula yang membuat krupuk uli mentah, sehingga penjual keliling hanya tinggal menggoreng. Penjual keliling Semanggi Suroboyo ini biasanya hanya berjualan diakhir minggu, yaitu hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Setiap pagi, mereka berangakat secara berkelompok menuju ke Jalan Kupang dan Jalan Rajawali. Setelah itu mereka mulai berpencar menuju ke berbagai tempat di Surabaya. Kebanyakan dari mereka berkeliling keluar masuk kampung, hanya beberapa ayng mangkal di suatu tempat.

 

Para penjual Semanggi Suroboyo ini biasanya merupakan perempuan paruh baya yang menggendung bakul di belakang punggungnya dengan menggunakan selendang berkeliling. Mereka mudah dikenali karena menggunakan kain kebaya dan kain batik yang dipadukan dengan jarik. Selain itu mereka juga memiliki formasi bakul yang khas menjulang tinggi ke atas. Keranjang berisi sayur dan bumbu berada di bawah, kemudian di atasnya ditumpangkan seplastik besar kerupuk uli. Tangan satu memegang dagangan di atas kepala, tangan yang lain menenteng keranjang yang berisi daun-daun pisang untuk pincuk. Mereka sangat sigap dan melayani pembeli dengan harga rata-rata Rp. 5.000,00- Rp. 12.000,00.

 

© 2023 by Chef Catering. Proudly created with Wix.com

bottom of page